https://cilegon.times.co.id/
Pendidikan

Jejak 14 Pahlawan Nasional Perempuan dalam Membangun Bangsa

Jumat, 08 Maret 2024 - 12:41
Menelusuri Jejak 14 Pahlawan Nasional Perempuan dalam Membangun Bangsa Pahlawan Wanita Indonesia (FOTO: Twitter@Suryafa)

TIMES CILEGON, BANYUWANGI – Sejak pertama kali gelar pahlawan nasional diberikan pada 1959, Kementerian menetapkan 200 tokoh sebagai pahlawan nasional hingga tahun 2022. Setiap tokoh yang diberi penghargaan ini memiliki jejak perjuangan yang luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan, memperkuat identitas bangsa, dan memajukan kehidupan masyarakat.

Meskipun sejarah pahlawan nasional Indonesia kaya dengan berbagai tokoh yang menginspirasi, kenyataannya, hanya 16 di antaranya adalah perempuan. Mereka dipilih berdasarkan kategori peran utama yang mereka lakukan, yakni sebagai perintis kemerdekaan, pelopor emansipasi perempuan, dan figur yang mewakili semangat ibu negara.

Meski jumlahnya relatif sedikit, kontribusi mereka sangat signifikan dalam membentuk dan memajukan bangsa Indonesia, serta memberikan inspirasi bagi perempuan-perempuan di seluruh negeri.

Perjuangan mereka, baik di medan politik, sosial, atau budaya, menandai keberanian dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan masa lalu, sambil membuka jalan bagi kemajuan dan kesetaraan di masa depan.

Berikut ini daftar pahlawan nasional perempuan Indonesia yang penting untuk diketahui:

1. Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan)

Siti Walidah, yang lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, lahir di Kauman pada tahun 1872. Ayahnya adalah Kyai Penghulu Haji Muhammad Fadhil. Sejak menjadi istri dari KH Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan menunjukkan perhatian besar terhadap kondisi buruh perempuan di bawah pemerintahan Hindia Belanda, terutama di unit usaha batik Kauman.

Salah satu bentuk perjuangannya adalah dengan menyediakan asrama bagi perempuan pekerja batik di Kauman. Tindakannya ini tidak hanya memberikan tempat berlindung, tetapi juga memberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan tersebut.

Nyai Ahmad Dahlan akhirnya diakui atas dedikasi dan perjuangannya dengan dianugerahi gelar pahlawan nasional melalui SK Presiden RI Nomor 042/TK/1971, tanggal 22 September 1971. Warisan perjuangannya terus menginspirasi dan memotivasi perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak mereka serta memajukan pendidikan di tanah air.

2. Fatmawati Soekarno

Fatmawati Soekarno, tokoh pahlawan Indonesia wanita asal Bengkulu, memiliki peran penting dalam sejarah bangsa Indonesia, tidak hanya sebagai istri dari Presiden Soekarno, tetapi juga sebagai individu yang aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Sebagai anak dari Hassan Din dan Siti Chatidjah, ia telah tumbuh dalam lingkungan yang penuh semangat perjuangan.

Dalam masa-masa kemerdekaan Indonesia, Fatmawati Soekarno tidak hanya menjadi sosok istri yang mendukung suaminya, tetapi juga turut aktif dalam perjuangan tersebut. Salah satu jasanya yang paling terkenal adalah menjadi penjahit Sang Saka Merah Putih, bendera yang dikibarkan di hari pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan atas dedikasi dan pengabdiannya terhadap bangsa Indonesia tidak hanya datang dari rakyat, tetapi juga dari suaminya sendiri, Presiden Soekarno. Fatmawati Soekarno diangkat sebagai pahlawan nasional melalui SK Presiden Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.

3. Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang, seorang pahlawan wanita yang lahir di Purwodadi, Jawa Tengah, adalah pemimpin pasukan perang melawan penjajah Belanda pada tahun 1825. Keberaniannya di medan perang menjadi inspirasi bagi banyak orang, dan ia diakui sebagai salah satu tokoh yang berperan aktif dalam mempertahankan tanah air dari penjajahan.

Menariknya, Nyi Ageng Serang bukan hanya dikenal sebagai pejuang yang gagah berani, tetapi juga memiliki ikatan keluarga yang kuat dengan salah satu tokoh paling terkemuka dalam sejarah pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.

Ia adalah nenek dari Ki Hajar Dewantara, sosok yang dikenal sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia. Kedekatan ini menunjukkan warisan nilai-nilai perjuangan dan kecintaan pada tanah air yang terus mengalir dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Atas jasanya, Nyi Ageng Serang diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional. Pengakuan ini disahkan melalui SK Presiden RI No. 084/TK/1974. Warisan perjuangannya tidak hanya menginspirasi generasi masa lalu, tetapi juga terus memberi semangat bagi generasi sekarang dan yang akan datang dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dan kemerdekaan.

4. Martha Christina Tiahahu 

Martha Christina Tiahahu, seorang pahlawan wanita asli dari Maluku, yang tak kenal takut melawan kolonialisme Hindia Belanda. Pada tahun 1817, dia memimpin pasukan dalam pertempuran melawan penjajah Belanda di medan perang. Keberaniannya dan semangatnya yang tak tergoyahkan menjadi sumber inspirasi bagi sesama pejuang kemerdekaan.

Berkat jasanya dalam mempertahankan tanah air dari penjajah, pemerintah Indonesia dengan bangga memberikan gelar pahlawan nasional kepada Martha Christina Tiahahu. Penghargaan ini disematkan melalui Surat Keputusan (SK) Presiden RI No. 012/TK/Tahun 1969. Tindakan ini bukan hanya pengakuan atas pengorbanannya dalam perang, tetapi juga sebagai simbol penghormatan bagi semua pejuang kemerdekaan Indonesia.

5. Laksamana Malahayati

Laksamana Malahayati, seorang pahlawan wanita yang tak kenal takut, merupakan salah satu tokoh yang turut menorehkan sejarah gemilang dalam perjuangan bangsa Indonesia. Dilahirkan di Aceh, ia tidak hanya menjadi pahlawan perang, tetapi juga menjadi simbol keberanian bagi seluruh rakyat Aceh.

Sebagai seorang pahlawan wanita berhijab, Malahayati memimpin pasukan laut Aceh dengan gagah berani melawan penjajah Belanda pada abad ke-16. Dengan semangat yang membara, ia turun langsung ke medan perang bersama rakyat dan pejuang di Serambi Mekkah, membela tanah airnya dengan penuh keberanian dan ketabahan.

Meskipun perjuangannya terjadi berabad-abad yang lalu, pada tahun 2017, pemerintah Indonesia akhirnya mengakui jasa-jasanya dengan memberikan gelar pahlawan nasional. Penghargaan ini, diberikan oleh pemerintahan Joko Widodo melalui SK Presiden Nomor 115/TK/Tahun 2017, tanggal 6 November 2017.

6. Cut Meutia

Cut Nyak Meutia, seorang pahlawan perempuan yang lahir di Perlak, Aceh pada tahun 1870, adalah simbol keberanian dan keteguhan hati dalam memperjuangkan kemerdekaan Aceh dari penjajah Belanda. Bersama suaminya, Teuku Cik Tunong, mereka memimpin perlawanan dengan menyerang patroli-patroli Belanda di pedalaman Aceh.

Kehidupan Cut Meutia penuh dengan kisah perjuangan dan pengorbanan. Setelah suaminya gugur dalam pertempuran melawan serdadu Belanda, ia tidak gentar dan melanjutkan perjuangan bersama Pang Nangru, sahabat dekat suaminya. Namun, takdir berkata lain ketika Pang Nangru juga gugur dalam pertempuran di Paya Ciciem pada 26 September 1910. Meskipun kehilangan orang-orang terdekatnya, semangat perjuangan Cut Meutia tidak pernah padam.

Dengan keberanian yang luar biasa, Cut Meutia meloloskan diri dari kejaran Belanda dan menerima tugas untuk memimpin pasukan kecil yang tersisa. Meskipun hanya berkekuatan 45 orang dengan 13 pucuk senjata, ia tidak menyerah dan terus memimpin perlawanan. Bahkan, dengan kehadiran anaknya yang berumur sebelas tahun, Raja Sabil, Cut Meutia terus memimpin perjuangan dengan semangat yang tak tergoyahkan.

Namun, takdir tragis akhirnya menyentuhnya saat ia terkepung dalam pertempuran dan meninggal dunia pada tahun 1910. Namun, warisannya sebagai pahlawan perempuan yang gagah berani tidak pernah padam. Pada tahun 1964, pengakuan atas jasa-jasanya yang besar datang dari pemerintah Indonesia dengan dianugerahinya gelar pahlawan nasional melalui SK Presiden Nomor 107/1964, memberikan penghormatan yang pantas atas pengabdian dan pengorbanannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Aceh.

7. Raden Adjeng Kartini 

Raden Adjeng Kartini, seorang pahlawan perempuan yang berasal dari Jepara, Jawa Tengah, adalah figur yang melambangkan semangat perjuangan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan bagi kaum wanita pada awal abad ke-20. Melalui dedikasinya, ia berhasil menginspirasi banyak orang dan mewujudkan perubahan signifikan dalam masyarakat.

Salah satu prestasi terbesarnya adalah mendirikan Sekolah Kartini, yang kini telah tersebar luas di berbagai kota di Indonesia seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon, serta kota-kota lainnya. Sekolah ini tidak hanya memberikan akses pendidikan kepada kaum wanita, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkuat peran dan kontribusi mereka dalam masyarakat.

Selain itu, Kartini terkenal atas kumpulan surat-suratnya yang dihimpun dan kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul "Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang). Melalui karya ini, Kartini tidak hanya menyuarakan aspirasi dan pemikirannya sendiri, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan penting tentang pentingnya pendidikan dan emansipasi perempuan.

Berkat dedikasinya dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan pada masa kolonial, Raden Adjeng Kartini diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional. Penghargaan ini disematkan melalui SK Presiden Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Kartini tidak hanya menjadi simbol perjuangan bagi kaum perempuan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak asasi manusia.

8. Cut Nyak Dien 

Cut Nyak Dien, seorang pahlawan wanita yang berasal dari Aceh, tanah kelahirannya, adalah contoh nyata dari keberanian dan keteguhan hati dalam menghadapi penjajahan. Ketika Perang Aceh meletus pada tahun 1873, suaminya, Teuku Ibrahim Lamnga, gugur di medan pertempuran, meninggalkan Cut Nyak Dien untuk melanjutkan perjuangan melawan penjajah Belanda.

Tanpa ragu, Cut Nyak Dien memilih untuk meneruskan perjuangan suaminya. Dia tidak hanya menjadi simbol keberanian dalam pertempuran melawan penjajah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat Aceh dan seluruh Nusantara. Bersama dengan pejuang lainnya, dia terus bergerilya melawan penjajah, bahkan hingga usianya mencapai 50 tahun.

Pengabdiannya yang luar biasa terhadap tanah airnya tidak luput dari perhatian pemerintah Indonesia. Pada tanggal 2 Mei 1964, melalui SK Presiden Nomor 108 Tahun 1964, Cut Nyak Dien diakui sebagai pahlawan nasional. Gelar tersebut menjadi penghargaan atas dedikasi dan pengorbanannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Aceh dan seluruh Nusantara dari penjajahan. Keberanian dan semangat perjuangan Cut Nyak Dien akan terus dikenang dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya dalam mempertahankan kebebasan dan martabat bangsa.

9. Dewi Sartika 

Dewi Sartika, seorang pahlawan perempuan yang berasal dari Jawa Barat, adalah sosok yang memperjuangkan pemberdayaan perempuan dan pendidikan, sebagaimana halnya dengan RA Kartini. Pada tanggal 16 Januari 1904, Dewi Sartika mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Sekolah Istri. Meskipun awalnya hanya dihadiri oleh sekelompok kecil siswa, sekolah ini dengan cepat berkembang dan semakin banyak dihadiri oleh murid-murid dari berbagai lapisan masyarakat.

Pada tahun 1910, sekolah tersebut mengalami perubahan nama menjadi Sekolah Keutamaan Istri, menunjukkan fokusnya pada pendidikan dan pemberdayaan kaum perempuan. Melalui pendidikan yang diberikan di sekolah ini, Dewi Sartika memberikan kesempatan kepada para perempuan untuk mengembangkan potensi dan kemandirian mereka.

Berkat dedikasinya dalam bidang pendidikan, Dewi Sartika dihormati oleh pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional. Penghargaan ini disematkan pada tanggal 2 Mei 1964, melalui SK Presiden Nomor 108 Tahun 1964.

Gelar tersebut menjadi pengakuan atas kontribusinya yang besar dalam meningkatkan akses pendidikan bagi perempuan dan memperjuangkan hak-hak mereka. Warisannya sebagai pendidik dan pembela hak-hak perempuan terus menginspirasi dan memberi dorongan bagi perjuangan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia.

10. Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju, seorang pahlawan wanita Indonesia yang mungkin jarang dikenal, namun memiliki kontribusi yang signifikan dalam perjuangan kemerdekaan. Ia berasal dari Sulawesi Selatan, dan rentang hidupnya meliputi periode dari tahun 1880 hingga 1962.

Risadju aktif dalam politik sebagai anggota Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII) cabang Parepare. Selama menjadi anggota partai tersebut, Risadju gigih dalam menyebarkan propaganda tentang Islam dan berperan aktif dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Keterlibatannya yang intens di partai membuatnya menjadi sasaran pemerintah kolonial.

Risadju tidak luput dari penindasan oleh pemerintah kolonial. Ia ditangkap dan dipenjara selama 14 bulan karena aktivitas politiknya. Bahkan setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Risadju tetap menjadi target otoritas kolonial yang berusaha memadamkan semangat perjuangannya.

Kisah perjuangan Risadju mencapai puncak ketika Netherlands-Indies Civil Administration (NICA) kembali ke tanah air. Risadju ditangkap dan disiksa hingga kehilangan pendengarannya di Penjara Bajo.

Meskipun mungkin namanya jarang terdengar, perjuangan dan pengorbanan Opu Daeng Risadju merupakan bagian penting dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia adalah contoh nyata dari keteguhan hati dan semangat perjuangan dalam memperjuangkan hak dan martabat bangsa.

11. Rohana Kudus

Rohana Kudus, seorang wartawan perempuan yang menjadi sorotan sejarah, diakui sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2019. Dilahirkan di Sumatra Barat, tepatnya di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Rohana Kudus telah memiliki akses pendidikan yang layak sejak kecil karena ayahnya yang merupakan seorang priyayi, menjabat sebagai kepala jaksa di pemerintahan Hindia Belanda.

Sejak masa muda, Rohana Kudus sudah tergerak oleh kesadaran akan nasib kurang menguntungkan yang dialami oleh perempuan di sekitarnya. Dari sinilah, semangatnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia mulai tumbuh. Salah satu langkah nyata yang diambilnya adalah mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia.

Meskipun sekolah tersebut mungkin tergolong kecil, Rohana Kudus tidak pernah berhenti dalam upayanya untuk memperjuangkan hak yang sama atas pendidikan bagi perempuan. Langkahnya tidak berhenti di situ; ia terus mengirim surat kepada tokoh-tokoh penting seperti Datuk Sutan Maharadja, pemimpin redaksi Oetoesan Melajoe, untuk memperjuangkan keadilan pendidikan bagi perempuan.

Keberaniannya dalam menghadapi tantangan dan keteguhan hatinya dalam memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi perempuan membuat Rohana Kudus menjadi figur yang dihormati dalam sejarah perjuangan perempuan di Indonesia. Gelar pahlawan nasional yang diberikan kepadanya pada tahun 2019 adalah pengakuan atas dedikasi dan pengorbanannya dalam memajukan hak-hak perempuan dan pendidikan di tanah air.

12. Hajjah Rangkayo Rasuna Said

Hajjah Rangkayo Rasuna Said, seorang pahlawan asal Maninjau, Agam, Sumatra Barat, merupakan salah satu tokoh berhijab yang memainkan peran penting dalam memperjuangkan pendidikan dan hak-hak anak di Indonesia. Perjuangan Rasuna Said dimulai pada tahun 1926 ketika ia bergabung dengan Sarekat Rakyat, organisasi akar dari Sarekat Dagang Islam (SDI). Keterlibatannya dalam gerakan ini membuktikan komitmennya terhadap perjuangan sosial dan keadilan.

Pada tahun 1930, Rasuna Said melanjutkan perjuangannya dengan bergabung dalam Persatuan Muslimin Indonesia (PMI atau Permi), sebuah organisasi yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat Muslim. Meskipun Permi bubar pada tahun 1937, Rasuna Said tidak menyerah; ia memilih untuk hijrah ke Medan. Di sana, ia mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Perguruan Puteri, menunjukkan dedikasinya terhadap pendidikan, terutama bagi kaum perempuan.

Tak hanya itu, Rasuna Said juga aktif dalam memimpin redaksi majalah Menara Poetri, yang menjadi platform untuk menyuarakan aspirasi perempuan dan anak-anak di bawah penjajahan Belanda. Berkat perjuangannya yang gigih dan tak kenal lelah, Rasuna Said dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan melalui SK Presiden Nomor 084/TK/Tahun 1974, tanggal 13 Desember 1974, sebagai pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam memperjuangkan hak-hak wanita dan anak-anak di masa penjajahan.13. Siti Manggopoh

Siti Manggopoh termasuk salah satu di antara beberapa pahlawan wanita berhijab yang ikut berjuang di era kolonialisme. Berasal dari Manggopoh, Agam, Sumatra Barat, Siti Manggopoh ikut berjuang di medan perang bersama suaminya. Karena aksi heroiknya di medan pertempuran, Mande Siti dijuluki sebagai Singa Betina dari Manggopoh. Berkat jasanya melawan penjajah, Mande Siti mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah Indonesia melalui SK Presiden Nomor 108 Tahun 1964, 2 Mei 1964.

13. Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis, seorang pahlawan nasional asal Minahasa, Sulawesi Utara, dikenal bukan sebagai pahlawan wanita yang terlibat dalam pertempuran, melainkan lebih sebagai tokoh yang berperan dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Perannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia lebih banyak terfokus pada upaya memperjuangkan hak-hak perempuan serta meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak, khususnya perempuan, pada awal abad ke-20.

Salah satu sumbangsih besar Maria Walanda Maramis dalam bidang pendidikan adalah mendirikan PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya). Melalui organisasi ini, Maria bersama ibu-ibu lainnya berperan dalam mengajar anak-anak dan perempuan yang telah menyelesaikan sekolah dasar. Di PIKAT, mereka diajarkan keterampilan praktis seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan kerajinan tangan, sehingga dapat menjadi mandiri dan berdaya.

Penghargaan sebagai pahlawan nasional diberikan kepada Maria Walanda Maramis oleh pemerintah Indonesia sebagai pengakuan atas perannya yang besar dalam meningkatkan taraf pendidikan dan pemberdayaan perempuan.

Gelar pahlawan itu diberikan melalui SK Presiden RI Nomor 012/TK/Tahun 1969, yang menandai kontribusi luar biasanya dalam memajukan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, terutama di kalangan perempuan dan anak-anak.15. Andi Depu Maraddia Balanipa

Andi Depu Maraddia Balanipa, pahlawan wanita berjilbab asal Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, merupakan seorang pejuang yang memimpin pasukan melawan Belanda pada 1946. Perjuangan Andi Depu tidak sebentar. Ia termasuk pahlawan wanita yang ikut berperang melawan Belanda dan Jepang. Pada 1943, ia ikut merintis Fujinkai di Mandar sebagai organisasi gerakan wanita.

Tidak hanya pada masa penjajahan, saat Indonesia baru saja merdeka pada 1945, Andi Depu dengan sergap menyebarkan berita proklamasi ke seluruh wilayah Mandar. Pada 8 November 2018, berkat jasa-jasanya bagi bangsa Indonesia, Andi Depu dianugerahi gelar pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden RI Nomor 123/TK/2018.

14. Ratu Kalinyamat

Pada era modern, wacana tentang kesetaraan gender semakin menjadi sorotan, tetapi jauh sebelum itu, di Jawa telah muncul seorang perempuan yang menjabat sebagai pejabat publik pada abad keenam belas. Dialah Ratu Kalinyamat atau yang juga dikenal sebagai Retna Kencana, yang memerintah di wilayah Kalinyamat dari tahun 1550 hingga 1579.

Wilayah Kalinyamat merupakan daerah merdeka yang signifikan di Jawa Madura pada zamannya, bersama dengan wilayah lain seperti Cirebon, Banten, Jayakarta, Prawata, Pajang, Kedu, dan Madura.

Nama Ratu Kalinyamat mencuat dalam dunia politik tidak hanya karena cara kepemimpinannya yang kuat, tetapi juga karena kedudukan uniknya sebagai seorang perempuan yang jarang terjadi sebagai pemimpin politik pada masa itu.

Di tengah lingkungan yang didominasi oleh pria, Ratu Kalinyamat berhasil mempertahankan kekuasaannya dan menunjukkan kepemimpinan yang tangguh. Selain itu, wilayah yang dikuasainya juga memiliki strategis penting dalam konteks politik dan perdagangan pada masa itu.

Jejak perjuangan mereka memberikan inspirasi bagi generasi muda Indonesia dalam membangun masa depan bangsa yang lebih baik dan berkeadilan. Keberanian dan keteguhan hati mereka menghadapi tantangan telah meninggalkan warisan berharga bagi Indonesia. (*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Cilegon just now

Welcome to TIMES Cilegon

TIMES Cilegon is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.